Jakarta wartaindo Kemenangan Taliban atas penguasaan Afganistan menjadi perbincangan hangat sekarang ini. Termasuk di Indonesia, dunia media sosial dipenuhi kabar kekejaman dan tindakan tidak berperikemanuasiaan atas sesama. Tak heran kabar kemenangan Taliban ini cukup menarik perhatian termasuk di dalamnya umat Kristen Indonesia.
Apakah kemenangan Taliban ini akan berpengaruh ke Indonesia, dengan membawa spirit baru bagi mereka yang selama ini mengusung paham agama untuk merubah Indonesia. Partogi Samosir Direktur of Center European Union Studies yang lama malang melintang di Kementerian Luar Negeri dengan menjadi utusan di berbagai negara melihat kemenangan Taliban ini.
Dalam sebuah diskusi yang di gelar Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Partogi yang saat ini masih bertugas diTtimor Leste , sesuai kapasitasnya dia mengaku lebih banyak bicara soal politik luar negeri Indonesia.
Lebih lanjut Partogi melihat bahwa Politik Luar negeri Indonesia menganut Prinsip-prinsip tidak ikut campur politik dalam negeri suatu negara (Non interfereness Principles). Indonesia menghormati dan mengamati peristiwa politik dalam negeri di semua negara termasuk apa yang terjadi di Afganistan. Yang terpenting tidak mengganggu stabilitas kawasan, tidak mengganggu kepentingan nasional, demikian Partogi mengawali paparannya.
“Kita berharap kekuatan domestik yang ada di Afganistanlah yang memutuskan masa depan mereka sendiri’, terang pria yang juga aktif di berabagi pelayanan gerejawi in i. Partogi merasa tenang setelah mendengar penjelasan dari KH Abdul Gani bahwa kita tidak perlu khawatir maka kita lihat ke depan bagaimana Taliban membangun pemerintahannya. Dan ikut dalam komunitas global atau internasional dan kita akan dukung hal ini.
Berbicara dengan kelompok Taliban sebagaimana Partogi ketahui bersama bahwa pertikaian antar kelompok di Afganistan sangatlah kuat hingga di sana tidak ada stabilitas kemananan, politik dan seterusnya.
Misalnya seperti Pilpres di Afganistan dua tahun lalu alami deadlock. Dan presiden yang saat ini melarikan diri ini adalah presiden boneka nya Amerika yang memang dipaksakan. Faktor geopolitik yang menarik adalah dukungan dari Cina dan siap bekerjasama dengan pemerintahan baru.
Tentu iIni fenomen yang sangat nenarik dengan apa yang dilakukan oleh Cina Terlihat menunjukkan politik luar negeri yang bebas dan aktip oleh negeri Tirai Bambu tersebut. Bagi Cina tidak perduli siapa penguasanya yang terpenting bisa di ajak bekerjasama seperti yang sudah Cina lakukan di Afrika dan beberapa negara berkembang lainnya.
Kepolisan dan TNI Sigap Menjaga Keamanan
Bagi Cina dalam setiap kepentingannya dengan cara menerapkan pengaruh demi kepentingan ekonomi nasionalnya. Belajar di Cina ini sebetulnya bagi Indonesia bisa memainkan peran seperti itu juga. Mengenai seberapa besar dampak kemenangan Talibat terhadap Indonesia Partogi melihat hingga saat ini belum ada kekuatan milisi yang sekuat Taliban di Indonesia. Namun demikian Partogi juga melihat ada juga kelompok-kelompok tertentu di Indonesia yang eforia atas kemenangan Taliban, namun demikian kelompok ini masih relatif kecil dan tidak memiliki kemampuan seperti milisi Taliban.
Apalagi Kepolisian Republik Indonesia didukung oleh Tentara Nasional Indonesia piawai dalam meredam dan menangkap antek-antek teroris yang coba bermain di Indonesia, sehingga tidak sampai muncul kekuatan milisi, sudah berhasil dipadamkan.
Artinya tak ada yang perlu dikuatirkan oleh masyarakat Indonesia sepanjang pemerintah Indonesia mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 maka dipastikan kekuatan milisi tidak akan tercipta.
“Saya menyakini penegakkan keadilan dan kebenaran mampu meredam kelompok-kelompok ekstremis”, tandasnya yakin. Memang tidak dipungkiri terjadi euforia dari kelompok-kelompok ekstremisme yang melihat bahwa kesukseskan Taliban akan bisa diikuti oleh mereka tapi Partogi menilai biarkan saja itu menjadi harapan sepanjang masa dari kelompok ini. Dengan catatan sepanjang pemerintah dan rakyat tetap menjad NKRI maka kelompok ini tidak perlu terlalu di risaukan.
Kalau ada yang mempertanyakan bagaimana menyikapi euforia yang dialami kelompok sebut saja Wahabi. Partogi menjawab bahwa ambisi kelompok-kelompok ini selalu berhasil dipatahkan pergerakannya bahkan sejak Orde baru. Memang Euforia itu ada tapi Partogi menyakini bahwa Polri dengan Densus 88 nya dan didukung TNI mampu mendeteksi pergerakan kelompok ini.
Baginya yang terpenting menurut catatan Partogi yaitu Pemerintahan yang adil dan Makmur, menegakkan nilai-nilai Pancasila, keadilan dan kebenaran, penegakkan hukum.
“Biarkan saja keinginan-keinginan ideologis itu dalam pikiran tapi tidak mendapatkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia.
Tinggal sekarang kita harus melihat dan mengamati bagaimana Taliban menunjukkan bahwa pemerintahannya bisa berjalan lebih baik dari pemerintahan yang sebelumnya, karena disanapun masih banyak faksi-faksi yang terus bergejolak.