Jakarta wartaindo.com Dalam rangka perayaan hari ulang taun RI Ke ke 77 serta perayaan syukur atau episcopal ke 25 tahun pelayanan kardinal Suharyo sekaligus nguri nguri budaya bangsa. Gereja Katedral Jakarta mengelar pementasan wayang kulit purwo gagrak Jogyakarta Hadiningrat dengan menampilkan dalang Ki Cermo Radyo Harsano dengan lakon Wiratha Parwa.
Romo Bernandus Yudho Prastowo selaku ketua panitia pagelaran pementasan wayang kulit semalam suntuk menegaskan bahwa pagelaran wayang ini baru pertama kali diadakan di halaman Gereja katedral semenjak gerja ini berdiri.
Adanya pagelaran ini adalah bentuk syukur akan kondisi bangsa yang telah pulih dari pandemic. Harapnnya seperti harapan semua masyarakat Indonesia agar bangsa ini cepat bangkit dan kuat.
Lebih lanjut Romo Yudho menambahkan bahwa pagelaran ini bukti bahwa gereja juga berperan nguri-nguri atau melestarikan budaya luhur bangsa salah satunya pementasan wayang kulit ini.
“Dengan pagelaran wayang ini bukti gereja menicintai tanah air sekaligus memberi ruang untuk seni dan keindahan termasuk wayang”, terangnya di depan para tamu yang hadir malam itu
Hal senada juga disampaikan oelh Romo Henny Ketua pastur lingkup katedral, bahwa saat terjadi pandemic ada suatu permintaan jika pandemic ini berakhir Gereja akan mengelar ucapan syukur dengan menanggap wayang.
“Karena memang pandemic sudah mulai melandai bahkan turun maka sesuai apa yang pernah diucapkan digelarlah wayang mala mini”, ungkapnya sumringah.
Dalam padelaran yang dihadiri tamu-tamu undangan seperti perwakilan pihak Masjid Istiqlal Bapak Asep, Eko Sriyanto Galgendu ketua umum Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia, Yusuf mujiono Ketua umum Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia, Polsek Sawah besar bapak Bona, serta tamu-tamu yang lainnya yang memenuhi kursi di halaman Katedral.
Sebelum pagelaran dimulai Romo Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo Uskup Agung Jakarta memberikan cindera mata berupa wayang Bimo muda kepada Ki dalang Lurah Cermo Radyo Harsono. Salah satu dalang yang mendapatkan julukan dalang perdamaian dan kerukunan yang ternyata masih keturunan Thionghoa ini.
Kemudian pegelaranpun dipentaskan dengan gaya wayang klasik yang bercerita tentang masa setahun penyamaran pandawa lima setelah 12 tahun di masa pembuangan akibat kalah dadu dengan pihak kurawa.
Sekilas Gereja Katedral

Bangunan Gereja Katedral sekarang diresmikan pada tanggal 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ dan diberi nama De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.
Gereja Katedral memakai gaya arsitektur Neo-gotik dan denah Gereja Katedral berbentuk salib. Pada pintu masuk utama terdapat patung Santa Maria dan inskripsi Latin berbunyi “Beatam Me Dicentes Omnes Generationes”, artinya adalah Segala Keturunan Menyebut Aku Bahagia.
Gereja Katedral memiliki tiga menara, terdiri dari Menara Angelus Dei, terletak di atap bagian tengah mempunyai ketinggian 45 meter dari dasar bangunan Gereja Katedral. Koleksi Museum Katedral.
Kemudian Menara Benteng Daud, terletak di sisi kiri pintu masuk utama mempunyai ketinggian 60 meter, terakhir Menara Gading, terletak di sisi kanan pintu masuk utama mempunyai ketinggian 60 meter.
Diantara menara Benteng Daud dan menara Gading terdapat jendela kaca bundar yang dikenal dengan sebutan Rozeta. Kini, bangunan gereja yang berlokasi di Jalan Katedral, Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta Pusat, ini sejak 1993 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Gereja ini juga memiliki museum, yang berada di samping kiri gereja dan dekat dengan Gua Maria. Dalam Museum Katedral menyimpan benda-benda bersejarah yang menceritakan perjalanan gereja. Museum dan gereja terbuka oleh masyarakat umum, walaupun bukan pemeluk agama Katolik. YM/DBS