Wartaindo Jakarta Tentang adanya pridiksi ekonomi tahun depan akan goncang, Jacky Manuputty sekretaris umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) melihat bahwa negara kita yang penuh dengan keberagaman dan sumber daya manusia serta alam yang luar biasa, akan tetap kuat menghadapi ancaman krisis ekomomi.
Untuk itu sambungnya PGi akan mendorong adanya ketahanan pangan artinya kita ini disadari dengan waktu lama tercerabut dengan pangan lokal. Bangsa ini mengalami politiasi pangan dengan waktu lama. Padahal Negara yang penuh keragaman dan sangat luar biasa mesthinya mampu untuk bertahan menghadapi ancaman krisis pangan.
Gereja-gereja anggota PGI konsen mendorong pangan lokal itu untuk kembali dibudidayakan, dan itu dibiasakan lagi. Bersyukur ada beberapa gereja yang menyusun strateginya bagaimana dengan pengembangan pangan lokal masing-masing daerah dilakukan.
Semisal di Maluku dan beberapa daerah di Papua dengan makanan sagunya, di mana beberapa lama makanan ini ditinggalkan akibat politik beras dan sebagainya. Padahal sagu itu karbohidratnya lebih bagus dari beras dengan lauknya ikan, namun semua itu mengalami pabrikasi dan ketika itu macet pada bingung karena orang sudah tidak terbiasa lagi dengan makanan lokal.
Nah, langkah PGI tukas Jacky akan mendorong gereja-gereja dalam sidang tahunan akan memberikan anjuran menu makanan dengan perbandingan 70 persen makanan lokal selebihnya boleh saja makanan lain. PGI mengawal hingga seperti itu, karena dengan kembali membudidayakan makanan lokal sekaligus terjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat atau jemaat.
Pemberdayaan makanan lokal ini akan semakin bisa terwujud bagi gereja-gereja yang memiliki lahan yang luas. Makanya ketika pangan lokal itu bisa kembali dihidupkan, tentang pridiksi ekonomi yang gelap itu salah satu cara mengatasi dengan pemberdayaan pangan masyarakat lokal.
Walaupun ada daerah-daerah yang minus sekalipun mereka punya kemampuan menghidupi dirinya, karena sudah teruji menghadapi kehidupan yang minus namun tetap bertahan. Kalaupun kemudian menjadi biasa karena adanya politisasi pangan. Sehingga dipakai ukuran kalau belum makan nasi tiga kali sehari ini dikatakan masih hidup dalam standar kemiskinan dan sebagainya.
Makanya harapan tahun depan khususnya di bidang pangan kembali ke ugaharian itu dengan merasa cukup dengan apa yang ada, pola hidup yang sederhana serta saling membantu memsupport yang lain. Tidak mudah memang, maka perlu perumusan strategi dan dicontohkan salah satu yang sudah dilakukan PGI adalah melarang menggunakan botol atau gelas dari bahan plastic dan ini sudah diikuti beberapa sinode anggota PGI jika ada acara tidak menggunakan lagi bahan plastik.
“Orang kita perlu sukses story lihat contoh perilaku jadi sekecil apapun itu berikan cantoh terlebih dahulu ketimbang dengan suara atau anjuran”, tandas Jacky peraih Apresiasi PEWARNA figure Oikumene dan lintas agama ini.