WANTANAS Ajak PEWARNA Kawal Persatuan

WartaIndo.id, Jakarta- Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia berudiensi dengan perwakilan Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (WANTANAS) Republik Indonesia pada Kamis pagi (16/2). Kehadiran PP PEWARNA Indonesia diterima langsung oleh Staf Ahli Non Rssidensial WANTANAS Laksma TNI (Purn) Dani Purwanegara S.IP., M.BA., M.M.

Dalam pertemuan di lantai 5 Gedung WANTANAS, Jakarta Pusat, itu, PP PEWARNA Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum PEWARNA Indonesia Yusuf Mujiono, didampingi Anna Kezia dan Mikhal dari Departemen PELMAS, Ronald mewakili Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Sugi yang mewakili Anggota Humas PEWARNA Indonesia.

Dalam kesempatan itu Yusuf Mujiono membuka dengan menjabarkan latar belakang organisasi dan sejumlah program yang sudah serta tengah dijalankan oleh PEWARNA Indonesia. Salah satunya upaya membangun dan menjaga nilai kesetaraan di tengah masyarakat Indonesia. Yang ikut dipaparkan adalah program mempererat toleransi antar umat beragama yang dilakukan oleh PEWARNA Indonesia dengan saudara-saudara lintas agama.

“Kami mencoba membangun kesetaraan dan kebersamaan antar saudara kami dari lintas agama,” ujar Yusuf.

Membuka interaksi dengan PEWARNA Indonesia, Dani bertutur soal betapa pentingnya peran seorang jurnalis dalam turut serta mendidik anak bangsa.

“Wartawan itu kan salah satu organisasi pendidik, selevel dengan dosen. Pendidik itu penting,” ujar Dani Purwanegara.

Purnawirawan yang aktif bertugas di dinas kemiliteran hingga tahun 1997 itu juga mengungkap bahwa peran organisasi wartawan menjadi penting di tengah era post truth dan maraknya kampanye hitam saat ini. Dirinya juga menilai, bahwa perlu langkah bijaksana dalam memakai kata “Nasrani”, sebagai upaya merangkul dan membangun persatuan bangsa.

“Jadi Indonesia itu kan plural, jamak, banyak, heterogen. Nah oleh karena itu dia idealnya bersatu dalam keberagaman. Jadi yang beragam itu tetap terjaga. Karena keberagaman adalah hakikat dunia,” ujarnya.
Dalam paparannya juga menyampaikan prinsip perbedaan secara filosofis telah dibedah dalam sejarah bangsa yang tertuang di Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular. Di situ dijelaskan secara gamblang, lanjutnya, tentang semangat persatuan bangsa yang sudah digelorakan sejak abad 15.

“Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, semangat persatuan di tengah perbedaan ini yang kemudian tertuang di PP no 16 tahun 1961,” tambahnya.
Yang ikut menjadi perhatian Dani adalah ,kewaspadaan yang perlu dibangun jurnalis dalam menangkal kampanye hitam yang diprediksi akan tetap marak di Pilpres 2024 mendatang.

RP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *