Jacob Ereste : Laku Spiritual Untuk Menikmati Kesejahteraan Lahir & Bathin

WARTA INDO-PECENONGAN Ketika kepemimpinan mengabaikan Tuhan, maka otoritas yang dimiliki seorang pemimpin cenderung bermuara pada ke kuasaan. Sejak itulah bencana otoritarian jadi terus berkembang biak secara liar melantak berbagai sendi kehidupan rakyat.

Otoriterian itu sendiri bisa ditelisik secara gampang, sekalipun cara mereka melakukannya terkesan santun, halus bahkan bisa tak terasa dengan cara kelicikan yang desain sangat canggih dan piawai. Numun hasil yang dikeluarkannya berakibat buruk juga bagi kehidupan orang banyak.

Penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam falsafah hidup bangsa Indonesia sesungguhnya sudah sangat tepat. Hanya saja, semua tindak tanduk dan kebijakan yang dilakukan oleh warga bangsa Indonesia dalam menjalankan amanah rakyat cenderung melabraknya. Sehingga sifat dan sikap Ketuhanan yang sepatutnya dijadikan pedoman yang berhikmat pada kebijakan yang mengekspresikan perwakilan, tidak pernah bisa mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat rakyat Indonesia.

Dalam kondisi dan situasi serupa itulah yang namanya persatuan dan kesatuan dalam bingkai kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara kita, seperti sedang menuju jurang yang dapat menghancurkan masa depan.

Kecemasan dari berbagai kalangan bukan tidak pernah diingkapkan agar dapat menjadi perhatian bersama supaya jangan sampai terjadi keambrukan dalam berbagai aspek kehidupan.

Maka atas dadar itu pula gagasan membangun gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang memposisikan segenap gerak dan langkah berpijak dan mengacu pada kesadaran khalifah Allah di muka bumi, agar dapat mematuhi larangan serta tuntunannya demi dan untuk kemaslahatan orang banyak, tanpa kecuali.

Begitulah essensi hari pemaknaan rachnatan lil alamin yang diberikan oleh Tuhan dari langit, untuk dijadikan patokan agar tidak nembuat kerusakan sekecil apapun di bumi. Tidak hanya sebatas yang bersifat lahir (materi), tapi juga untuk semua yang bisa di pahami bersifat bathin (non materi).

Cilakanya, pendalaman pemahaman terhadap banyak hal pada hari ini, hanya berkutat diseputar materi. Termasuk dalam upaya mengukur kesuksesan dan capaian dari beragam keberhasilan, sudah terjebak pada nilai-nilai materi sifat dan pereujudannya, sehingga nilai dan dimensi yang bersifat bathiniah jadi terabaikan. Bahkan cenderung dianggap naib.

Meski begitu, GMRI sudah bertekad untuk membangun gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual untuk mendkrong lahir dan tampilnya wali spiritual untuk mengawal dan menjaga upaya menata kembali cara membangun bangsa serta negara yang semakin tidak karu-karuan penataannya hari ini. Hingga orientasi materi dan kekuasaan kelaur dari bingkai Pancasila dan UUD 1945 yang telah abai pada kandungan inti dari mukadimah haluan negara dan berbangsa manusia Indonesia yang mendambakan nilai-nilai keadilan bagi kehidupan yang adil dan beradab, hingga dapat sejahtera secara lahir dan bathin.

Pecenongan, 10 Mei 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *