MEMBANGUN(KAN) INDONESIA

Oleh : Riskal Arief, S.Sos
Peneliti Nusantara Centre

Wartaindo.id Jakarta Dalam buku “Membangunkan Indonesia”, Rosihan Arsyad, seorang purnawirawan militer dan mantan Gubernur Sumatera Selatan, menyuguhkan pemikiran yang matang tentang berbagai aspek penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan Indonesia. Buku ini merupakan refleksi mendalam atas pengamatan dan pengalaman hidupnya, yang tidak hanya berakar pada karir militernya tetapi juga pada kepekaannya terhadap tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini.

Buku ini merupakan kumpulan esai yang diterbitkan dalam berbagai surat kabar dalam periode 2006-2014, untuk kemudian disunting dan dicari relevansinya terhadap situasi bangsa dan negara yang kekinian. Hasilnya adalah banyak sekali esai-esai tersebut yang masih relevan dan perlu kita renungkan Bersama sebagai satu bahan refleksi demi kemajuan Indonesia.

Saya tidak punya cukup ruang untuk bisa menyerap dan merefleksikan kembali buah-buah pemikiran seorang Rosihan Arsyad yang luas itu, tetapi saya berusaha merangkumkan beberapa poin yang krusial menurut cara pandang saya dan saya bagi menjadi dua bagian, sehingga kita bisa menarik benang merahnya terhadap situasi masa kini yang dihadapi bangsa dan negara kita.

PEMIMPIN BERKARAKTER NEGARAWAN
Dalam bab ini, Rosihan Arsyad menekankan pentingnya kepemimpinan yang berkarakter negarawan sebagai kunci untuk memajukan Indonesia. Baginya, kepemimpinan adalah Tindakan pribadi, bukan jabatan. Dalam buku ini, Rosihan mengatakan bahwa Indonesia memerlukan apa yang disebut dengan Bridging Leadership, yaitu sebuah konsep kepemimpinan yang dikembangkan oleh Sloan School of Management, di mana seorang calon pemimpin dibekali dengan cara pandang yang komprehensif dan integral dalam mengatasi suatu permasalahan, dan bertindak demi kepentingan Bersama.

Ia mencatat bahwa kepemimpinan yang demikian diperlukan untuk menavigasi Indonesia melalui berbagai tantangan yang dihadapi saat ini. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melaksanakan pemenuhan kewajiban daripada kepentingan pribadi, dan kepemimpinan seperti itu bisa dipraktekkan oleh siapapun, dalam level apapun.

MEMBANGUN JATI DIRI BANGSA
Salah satu tema sentral dalam buku ini adalah pentingnya membangun jati diri bangsa. Rosihan berpendapat bahwa di era globalisasi yang semakin mendominasi, Indonesia harus tetap menjaga dan memperkuat identitas nasionalnya. Ia mengutip kata-kata Bung Karno saat berbicara dengan pemimpin Yugoslavia, Joseph Broz Tito, yaitu “I do character and nation building in my country”, karena tanpa jati diri yang kuat, bangsa ini akan mudah terombang-ambing oleh pengaruh asing dan kehilangan arah. Terbukti saat ini Indonesia masih berdiri, dan Yugoslavia telah berpecah.

Membangun jati diri bangsa hanya bisa terjadi jika para pemimpin memberikan keteladanan dan kepemimpinan yang kuat, inspiratif, serta melaksanakan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika secara konsisten, tulis Rosihan.
Rosihan mengajak pembaca untuk kembali pada nilai-nilai luhur yang telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah Indonesia. Dengan memperkuat jati diri bangsa, Indonesia dapat lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan global dan tetap teguh pada prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa.

POLITIK DAGANG, DAGANG POLITIK
Dalam bab yang membahas tentang “politik dagang, dagang politik,” Rosihan mengkritisi bagaimana praktik politik demokrasi liberal yang berlaku saat ini telah membelokan Indonesia dari tujuan luhur demokrasi. Ia menggambarkan bagaimana politik uang digunakan untuk kepentingan tertentu, dan akhirnya banyak menyeret kepala daerah yang terlibat pada praktik korupsi.

Rosihan menekankan bahwa praktik ini bisa menjadi bom waktu jika tidak disikapi dengan baik. Ia mengingatkan agar Indonesia tidak mewajarkan politik uang, agar kita tidak terjebak pada praktik politik dagang sapi, di mana suara rakyat yang telah dibeli saat pemilu, menjauhkan pemimpin dari rasa tanggung jawab dan kewajibannya terhadap rakyat yang telah memilihnya.

KONSEPSI KEAMANAN NEGARA
Sebagai mantan prajurit, Rosihan memberikan perhatian khusus pada konsepsi keamanan negara. Ia menjelaskan bahwa keamanan nasional bukan hanya tentang kemampuan militer, tetapi juga mencakup aspek ekonomi, sosial, dan politik. Rosihan menulis bahwa “penguasaan aset ekonomi nasional oleh negara besar pada hakikatnya adalah merupakan penjajahan.”

Rosihan menekankan bahwa sudah waktunya negara kita memiliki formula strategi keamanan nasional yang lebih jelas dan transparan, karena ancamannya bersifat multidimensional. Rosihan juga menegaskan agar strategi keamanan nasional harus didasarkan kepada identifikasi kepentingan nasional kita, yang sayangnya masih belum jelas hingga hari ini.

Rosihan Arsyad dalam “Membangunkan Indonesia” menawarkan sebuah pandangan yang komprehensif dan kritis terhadap berbagai aspek penting dalam pembangunan bangsa, khususnya terkait keamanan negara. Buku ini menggambarkan Rosihan sebagai sosok pemimpin yang bernafaskan militer namun berjiwa nasionalis dan sangat peduli dengan civil society. Pemikirannya yang mendalam dan sarat dengan pengalaman lapangan menjadikan buku ini sebagai bacaan wajib bagi siapa saja yang peduli dengan masa depan Indonesia.(*)

Penulis adalah Peneliti Nusantara Centre

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *