Wartaindo.id Lumajang Dua jam menempuh perjalanan dari Bumi Perkemahan Glagah Arum menuju puncak Gunung Bromo di hari ketiga, Minggu 17 November 2024 pasca PEWARNA menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Lumajang, Jawa Timur.
Supaya bisa menyambut pagi sembari menikmati terbitnya sang surya dari pucuk Bromo, rombonganpun berangkat dinihari pukul 03.00 WIB untuk mengexplore perjalanan ke kawah Bromo.
Perjalanan ditempuh selama dua jam dari kota Lumajang, dengan kondisi jalan hanya bisa dilalui mobil kecil.
Sampailah kita didesa Ranu Pane yang artinya Danau ilalang.
Menyusuri hutan lebat nan gelap, hutan milik perhutani, ada dua jenis tanaman hutan produksi dan perhutani sosial dengan masyarakat. Nampak di hutan di tanam pohon produktif seeprti rasamala, cempaka, sono dan damar.
Khusus pohon damar inilah sebagai bahan baku untuk pembuatan parfum, kemenyan dan dupa.
Sebanyak empat buah Jeep rombongan menuju kawah Bromo dengan melewati hutan hingga tembus perkampungan Ranui Pani di lereng Gunung Semeru.
Udara dingin mencoba masuk di sela mantel yang tim pakai, namun ternyata tak sedingin apa kata orang selama ini. Setelah singgah sejenak di Ranu Pani sambil menunggu terbitnya matahari. Perjalananpun kembali dilanjutkan dengan perjalanan menanjak sekitar sepuluh menitan, sampailah di puncak Banthengan naman tempat untuk menyaksikan Sun Rise Point’.
Tidak menunggu lama detik-detik mentari terbit di pagi hari dari ufuk timur yang mempesona pun muncul juga, takjub dan semburat warna kuning keemasan mewarnai langit di puncak Bromo.
Menarik tempat di mana berdiri untuk menikmati terbitnya sang mentari terlihat juga pucuk gunung Semeru. Di mana di pucuk Semeru mengeluarkan asap tebal membumbung ke atas.
“Semeru menyambut kedatangan kami (Pewarna) pagi ini dengan asap tebal yang membumbung itu”, kata ketua umum Pewarna yang turut menikmati indahnya gunung Bromo di pagi hari.
Hutan selanjutnya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yaitu hutan lindung untuk zona konservasi hewan yang dilindungi ; Aneka reptil, harimau Jawa, Elang Jawa, macan kumbang.. Belum lama ini ada ribuan kupu-kupu yang bermigrasi dari lereng sebelah barat Gn.Semeru menuju lereng timur.
Pertanda alam dari binatang kupu tersebut, bahwa musim pancaroba sudah tiba. Dari musim kemarau kemusim penghujan.
Gambleng Sumarto sopir sekaligus guide mobil Jeep, satu-satunya tranportasi menuju Kawah Bromo.
Bercerita bahwa terbentuknya Gunung Bathok terletak disebelah Gunung Bromo. Dahulu kala ada gadis desa Tengger bernama Roro Anteng dan pemuda ganteng Joko Tengger.
Mereka saling mencintai, tetapi tidak direstui orang tuanya. Karena Roro Anteng sudah dijodohkan oleh mahkluk halus. Oleh karena kekuatan cinta kedua sejoli ini mereka bersumpah. Akan terjun ke kawah Bromo tersebut, apabila terjadi sesuatu artinya cinta mereka bersatu. Akhirnya terwujudlah sebuah gunung yang bernama Gunung Bathok hingga sekarang.
Kawah Bromo sendiri dulunya adalah Gunung Purba sama bentuknya kerucut seperti gunung yang lain.
100tahun yan lalu meletus dengan dahsyat dan tinggal separoh nya seperti yang akan kita liat nanti, “pasir berbisik” suatu area hamparan pasir lembut yang sangat luas. Bila tertiup angin hasilkan bunyi yang lembut berbisik.
Nampak Gunung Bathok bersebelahan dengan anakan Gunung Bromo, hamparan luas kawah berpasir lembut, Savana (hamparan rumput luas), bukit Teletabes. Disekelilingnya bukit-bukit patahan Gunung Bromo hasil letusan yang membawa bencana namun seiring waktu berubah menjadi kawasan wisata alam mempesona berhawa sejuk, memanjakan mata para wisatawan yang datang.
Itulah ciptaan Tuhan rahasia Ilahi … dari bencana alam gunung meletus dahsyat menghasilkan pemandangan alam nan cantik mempesona para wisatawan.
Kawah Bromo-Tengger-Semeru, bisa di tempuh dari Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang. Jika ingin berwisata ke Kawah Bromo-Tengger-Semeru kota Lumajang Jawa Timur.
Jurnalis Christy.