PEWARNA Buya Syakur Layak Diberikan Apresiasi Penjaga Keberagaman

Indramayu wartaindo.id Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Indonesia Selasa 27 September 2022 bersilaturahmi ke pimpinan padepokan Majelis Kholwat di bilangan Indramayu Jawa Barat. Kunjungan PEWARNA diterima langsung pengasuh Pondok tersebut yakni Buya Syakur didampingi beberapa pimpinan pondok.

Yusuf Mujiono Ketua Umum PEWARNA didampingi Albert Muntu bendahara umum, Donny Leonardo departemen lintas lembaga, Endarmoko departemen OKK, Gabriel Hartanto bidang media, Anna Kezia departemen kerohanian dan pelmas sekaligus ketua panitia Apresiasi Pewarna Indonesia (API) dan Rakernas dan Elly Togatorop humas langsung mengkomandani pertemuan siang itu.

Buya Syakur yang sudah malang melintang 20 tahun di luar negeri ini menerima Pewarna dengan penuh keramahan. Kehadiran Pewarna ke padepokan Majelis Kholwat pertama bersilaturahmi sebagai sesama anak bangsa, kedua untuk bertemu langsung tentang figur atau sosok Buya yang setiap tauziahnya selalu mengedepankan kesetaraan dan penghormatan sesama ciptaan Tuhan.

Intinya mengundang untuk hadir menerima Apresiasi dari Pewarna tentang kiprah Buya yang selalu konsisten menjaga dan merawat keberagaman.

Menarik mendengar wejangan Buya Syakur sekalipun terik namun tetap semangat apalagi ketika bercerita bagaimana harus terus memperjuangkan kesetaraan.

“Saya mengajak kepada PEWARNA untuk terus menyuarakan tentang kesetaraan bukan toleransi, kenapa kalau toleransi itu sifatnya belas kasihan namun kalau kesetaraan adalah kesamaan hak setiap warga negara tanpa membeda-bedakan golongan atau kelompok”, tegasnya serius.

Saat dialog PEWARNA dengan Buya Syakur

Kembali pada figur Buya bahwa Ilmu Agama, pengetahuan dan terapan yang di miliki membuka mata dan pikiran bagi pendengarnya seperti Pewarna siang itu.

“Sebagai sesama ciptaan Tuhan wajib pelihara kesetaraan” ungkap Buya Syakur kepadaTim Panitia Apresiasi Pewarna Indonesia (API) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pewarna Indonesia tahun 2022 yang akan di gelar di Yograkarta di padepokan Majelis Kholwat Buya Syakur, Cikawung, Indramayu.

Kembali tentang pemebrian apresiasi Pewarna yang di gelar setiap setahun sekali ini diberikan kepada 12 nominasi salah satunya adalah figur atau lembaga penjaga Keberagaman.

“Konsistensi dan pemikiran-pemikiran yang Buya Syakur sampaikan terpilih sebagai penjaga keberagaman, ungkap Yusuf Mujiono ketua umum Pewarna Indonesia. Menurut Yusuf, API Pewarna Indonesia ini ditujukan sebagai penghargaan wartawan bagi figur atau lembaga yang membawa perubahan baik di masyarakat.

“Harapan kami, API pewarna Indonesia bisa menjadi inspirasi banyak orang untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara’, imbuhnya berharap.

Sementara Anna Kezia, ketua panitia, berharap Buya Syakur bisa hadir untuk menerima penghargaan pada 28 November 2022 nanti di Jogja Nasional Museum, Jogjakarta. “Kehadiran Buya Syakur membawa pesan kesetaraan” cetus Anna.

Atas kedatangan tim Pewarna Indonesia Buya Syakur menyambut gembira dan terbuka untuk bekerjasama.

Sepanjang pertemuan tidak kurang dari 2 jam Buya Syakur mengungkapkan pengalamannya 20 tahun dinegeri orang. Harapannya untuk Pewarna Indonesia terus menjaga kesetaraan bersamanya. Menurut Buya Syakur toleransi diartikan sebagai kebaikan mayoritas kepada minoritas berbeda dengan bila kita setara. “Kita setara sebagai manusia ciptaan Tuhan, dan ini bukti cinta kita pada Tuhan , jelasnya.

Mengenal Siapa Buya Syakur

K.H. Abdul Syakur Yasin, MA lahir 2 Februari 1948, juga dikenal dengan panggilan Buya Syakur, adalah seorang ulama Indonesia dan pendiri Pondok Pesantren Cadangpinggan.

Masa pendidikan Buya Syakur dari kecil hingga dewasa banyak dihabiskan di pondok pesantren. Beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Lamanya belajar di pondok pesantren, membuat Buya Syakur menjadi mahir dalam berbahasa Arab. Hal ini kemudian yang membuat Buya Syakur menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Buya Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo. Ketika Buya Syakur menjadi mahasiswa di sana, beliau diangkat menjadi ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Kairo.

Buya Syakur selesai dengan skripsi sarjananya yang berjudul Kritik Sastra Objektif terhadap karya novel-novel Yusuf as-Siba’i (Novelis Mesir).

Kemudian pada tahun 1977, Buya Syakur menyelesaikan ilmu al-Qur’an di Libya. Pada tahun 1979, beliau menyelesaikan sastra Arab. Dua tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1981, beliau telah menyeselesaikan S2-nya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, kemudian beliau diangkat menjadi staf ahli di kedutaan besar Tunisia.

Pada tingkat doktoral, Buya Syakur, mengambil kuliah di London dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada tahun 1985. Jadi kurang lebih sekitar 20 tahun lamanya beliau habiskan untuk belajar di Timur Tengah dan Eropa.

Tepat pada tahun 1991, Buya Syakur pulang ke Indonesia bersama Gusdur, Quraish Shihab, Nurcholis Majid dan Alwi Shihab. Setelah kembali ke Indonesia, beliau membaktikan diri berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu.

Lima tahun (1995) setelah Buya Syakur pulang, beliau kemudian mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan tahun 2000 dan pondok pesantrennya tahun 2006. Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren yang beliau dirikan, beliau juga sering mengisi kajian pada masyarakat dan tidak jarang kajian tersebut diunggah melalui media sosial.

Yus/moko)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *