Wartaindo.id Jogyakarta Ketika orang melakukan kesalahan kemudian terjatuh itu sudah semesthinya menerima dengan apa adanya, namun ketika sesuatu itu tertata dan terjaga dengan rapi dan teratur tetiba jatuh dan terluka perkara itulah yang membuat orang tidak terkadang tak terima. Vivien Limengka ibu yang masih terlihat muda dari usianya ini sempat terpukul akibat peristiwa yang dialaminya.
Dua tahun sudah sang suami tercinta mengalami peristiwa yang tidak mengenakan bahkan tak terbesit akan mengalami peristiwa tersebut di mana suatu hari sang suami terkena serangan stroke akut yang menyembabkan tubuhnya lumpuh sebelah.
“Suami saya itu dokter RS Bedah Mitra Keluarga Bekasi dan sangat menjaga pola hidupnya makan teratur, istirahat cukup seperti setiap siang pulang ke rumah untuk tidur, demikian pula dengan olahraga secara rutin bermain sepeda”, saksi Vivien Lumingka saat didaulat mengisi pujian di Gereja GSKI Rehobot Jogyakarta di bawah penggembalaan Pendeta Thomas Gunawan MT.h.
Sore itu di hotel Harper Vivien memberikan kesaksiaannya di depan para jemaat, tentu lanjutnya secara manusia saat sang suami (dokter Fredy ) dinyatakan terkena serangan stroke berat, akibatnya membuat tubuhnya lumpuh sebelah dan tak sadarkan diri benar-benar kaget dan terkejut. Pikirnya bagaimana suami tercinta bisa terkena stroke lantaran selama ini sudah terjaga dengan baik dan teratur pola hidupnya tetapi kok bisa terserang stroke tersebut ujarnya tak percaya.
Vivien semakin terpukul ketika dokter yang menangani sang suami mengatakan bahwa dengan kondisi serangan stroke ini tidak bisa disembuhkan, karena terjadi penyumbatan akut pada syarat motoric pada otak.
Tentu pernyataan dari dokter ini sempat membuatnya shock dan lemas. Namun, ada satu kata dari dokter yang memberi harapan yakni dengan kata hanya mujizat yang bisa menyembuhkan dan memulihkan pak doketr Fredy .
Kata mujizat itulah yang menjadi kekuatan dalam hatinya serta meyakinkan bahwa sang suami akan dipulihkan sambung Vivien sore itu sebelum menyanyikan Tuhan Penolongku. Sekalipun saat itu beberapa bulan sang suami di rawat di ruang ICU dengan kondisi yang mencemaskan.
Tetapi kami tetap penuh perhatian bukan saja dari dirinya saja tetapi juga anak mantu dan cucu dengan sabar mendampingi saat sang suami di rawat baik saat di ICU hingga sekarang. Ternyata apa yang kami yakini akan adanya mujizat itu nyata perlahan tubuh yang awalnya tak berdaya ini kembali bisa bergerak bahkan sekarang sudah bisa berjalan sekalipun masih harus dituntun dan naik kursi roda.
Tetapi itu sungguh pemandangannya yang nyata apalagi dengan usia sang suami yang tak muda lagi tetapi terjadi perubahan kondisi yang luar biasa beber ibu dari Ardy,Vindy, Winda dan Christy ini.
Ada satu yang dilakukan lanjut Vivien sekalipun awalnya tak terima mengalami kondisi sang suami yang harus mengalami stroke berat yang membuatnya berhenti dari semua aktivitas termasuk tugasnya sebagai dokter bedah yang berhenti total. Namun tak ada menggerutu apalagi mengutuki Tuhan akan apa yang dialaminya.
Baik sang suami yang mengalami peristiwa itu maupun keluarga tetap mengucap syukur karena yakin bahwa semua yang terjadi atas kehidupnya tak lepas dari rencana Tuhan. Vivien merasa dengan kepasrahan serta ucapan syukur itulah yang menjadi obat akan terjadinya proses pemulihan atas sang suami yang perlahan pulih.
Kiprah Vivien
Berbicara pelayanan bagi Vivien yang pernah menjadi pengurus Haggai ini, bicara dunia pelayanan sudah dimulai sejak kanak-kanak. Malah bisa dibilang sejak mengenal Yesus sudah belajar melayani. “Namanya melayani kan ngga harus jadi pendeta saja ya kan”, terangnya mengawali perbincangan siang itu. Salah satu pelayanannya antaranya dengan mempersembahkan talenta suaranya.
Bersama adiknya yang juga pencipta lagu lewat suaranya yang merdu beberapa kali merekam suaranya. Malah melalui talenta bernyanyi Vivien juga diundang mengisi pujian di gereja gereja. Baik menyanyikan bahasa Indonesia maupun lagu rohani Manado.
Sementara dalam pembuatan album sidah tiga album sendiri dan sekitar tujuh album keroyakan atau kompilasi. Sedangkan saat ini mempersiapkan album berikutnya, namun karena kesibukannya di ladang pelayanan Hagai sehingga belum kelar. “Dalam pelayananpun harus ada skala prioritas, ujarnya tertawa renyah.
Vivien yang berjemaat di GKI Harapan Indah, Bekasi baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai majelis setelah dua puluh tahun itu. Di mana di tingkat klasis Priangan juga pernah menjadi majelis yang membidangi mengenai pembinaan remaja. Tentang keterlibatannya di banyak pelayanan, Vivien berprinsip seseorang yang telah menerima Kristus harus mampu menjadi terang dan garam dimanapun ditempatkan, saksinya serius.
Penulis Yusuf